Sessi I/ Malam
Belarasa Allah Bapa dan Tuhan Yesus
Bahan Renungan
Yoh 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Filipi 2: 6-8
“… yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Renungan
Rasul Yohanes Pengarang Injil mengambarkan dengan sangat jelas belas kasih Allah Bapa yang total dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal demi keselamatan kita. Allah Bapa tidak setengah-setengah mencintai kita. Ia ingin, melalui Yesus Putra-Nya, manusia ciptaan-Nya bersatu dengan-Nya dan kembali kepada-Nya. Sementara rasul Paulus mengambarkan totalitas belarasa atau keutuhan cinta kasih Yesus diwujudkan dalam pemberian seluruh hidup-Nya sampai wafat di kayu salib. Wafat Kristus di salib merupakan wujud radikalitas dan totalitas caritas (kasih).
Mengikuti Yesus yang mengosongkan dan merendahkaan diri-Nya sampai wafat di kayu salib berarti mengikuti Kristus yang miskin dan rendah (Konst. 600-601) dan memberikan seluruh hidup karena taat pada kehendak dan rencana Allah Bapa.
PR Perwujudan Konkret
Sebagai seorang peniten, PR kita adalah merendahkan diri di hadapan Allah dengan bertobat terus menerus, dan mengososongkan diri supaya dapat memusatkan perhatian pada perkara Allah dan kerajaan-Nya serta melakukan pekerjaan cinta kasih dan segala sesuatu dengan tulus, utuh dan total.
Refleksi
-
Apakah aku mengusahakan setiap waktu pertobatan terus-menerus dalam hidupku?
-
Apakah aku memiliki kerinduan yang dalam untuk selalu dipenuhi rahmat Allah dalam hidup harianku?
-
Apakah aku mempercayakan diriku dengan segala keberadaannya pada Allah?
-
Bagaimana aku menyikapi peristiwa-peristiwa harian yang tidak mengenakan, mengecewakan atau tidak kuinginkan? Apakah aku melibatkan Tuhan dalam setiap perkara hidupku?
-
Apakah Allah menjadi tujuan hidup dan perutusannku? Di mana Yesus dalam hidup harianku?
-
Apakah aku mempercayakan hidupku seluruhnya pada Allah?
Tinggalkan Balasan