MARET
Belarasa-yang-tak-terbagi = Tergerak Hati dengan Orang yang Berkesusahan
Pengantar
Sastrawan Samuel Johnson pernah menuliskan, “Neraka hanya penuh dengan niat baik (bukan tindakan baik”. Mengapa dia berkata demikian? Bukankah sudah seharusnya kita mempunyai niat baik, dan memiliki keinginan menolong sesama? Jawabannya, ‘ya’. Suka membantu sesama dan berusaha meningkatkan derajat orang lain akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Namun jika niat baik atau kehendak baik kita tidak diwujudkan dalam tindakan yang nyata, kita tidak akan mengubah apa-apa.
John C. Maxwell dalam bukunya Intentional Living, Memilih Menjalani Hidup Bermakna, berpendapat: pikiran egois, di mana kita merasa tidak perlu peduli sesama, takkan membuat kita bertahan hidup. Jika kita ingin mencapai makna hidup, maka kita perlu bersikap terencana, dengan berpikir di luar diri sendiri dan memikirkan orang lain. Mungkin tak ada yang bisa menghapus sikap egois sepenuhnya dalam diri kita, namun setidaknya kita harus berusaha mengontrolnya. Kita harus beralih menuju kebermaknaan hidup dengan mulai berpikir untuk mendahulukan orang lain.
Dari kedua penulis di atas kita dapat belajar bagaimana “tergerak hati dengan orang yang berkesusahan”. Tergerak hati dan mewujudkan “kepedulian terhadap kesusahan sesama”, mengandaikan kematangan pribadi seseorang yang mau keluar dari sikap egois atau mementingkan diri sendiri dan mewujudkan niat dan kehendak baiknya dalam tindakan nyata.
Dalam rekoleksi ini, kita akan merefleksikan makna cinta kasih dengan wujud nyata “tergerak hati dengan orang yang berkesusahan” dari Guru Sejati kita yakni Tuhan Yesus Kristus, Bapa Santo Fransiskus Assisi, dan Pendiri kita, Muder Theresia Saelmaekes.
Tinggalkan Balasan