Sessi I/ Malam
“Dia Lahir untuk Memberikan Hidup-Nya dan Membawa Damai”
Bahan Renungan
Luk 2: 10-14
Renungan
Para saudari ytk, ketika Yesus lahir di Betlehem, malaikat-malaikat menyatakan bahwa kehadiran-Nya membawa damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya. “Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya,” (Luk 2: 13-14). Warta malaikat ini menyejukkan dan membawa sukacita bagi umat manusia.
Namun kelahiran Yesus ini tidak serta merta menghilangkan duka dan penderitaan manusia. Meskipun Juru Selamat telah lahir di dunia, umat manusia masih mengalami penderitaan, kesusahan, penindasan maupun ketidakadilan. Meski demikian, kelahiran Yesus yang adalah Immanuel, memberikan sebuah kepastian akan kehadiran Allah di tengah-tengah penderitaan dan duka yang dialami oleh umat manusia. Kepastian akan kehadiran Allah yang menghibur, memelihara serta menguatkan umat manusia yang tertindas, tersingkir dan mengalami ketidakadilan, memberikan pengharapan bagi kita manuisa. Kepastian bahwa Allah tidak tinggal diam namun bertindak untuk memulihkan kondisi umat-Nya.
Misteri inkarnasi dalam peristiwa Natal, menyadarkan kita bahwa Allah yang Maha Tinggi berkenan menjadi manusia, sama seperi kita, untuk merasakan kehidupan nyata di dunia ini. Kelahiran Yesus menawarkan damai sejahtera yang kekal, yang berbeda dari apa yang ditawarkan oleh dunia. Damai yang Yesus tawarkan memberikan sebuah kepastian dan jaminan, bahwa meskipun masalah datang silih berganti, ketidakadilan dan kejahatan merajalela, musuh tetap ada, perang tetap bergolak, namun ada Dia yang senantiasa hadir beserta kita. Allah hadir dalam masa terburuk manusia. Allah hadir ketika seakan tidak ada lagi pengharapan bagi manusia, di saat manusia mengalami keputusasaan maupun kesia-siaan. Keyakinan akan kehadiran-Nya yang tidak tinggal diam, kehadiran-Nya yang bekerja mendatangkan kebaikan, memberikan damai dalam hati kita.
Patut disadari bahwa damai sejahtera yang Allah janjikan ini tidak secara otomatis terjadi, tanpa usaha dari pihak manusia. Allah tetap ingin bahwa manusia terbuka akan rahmat-Nya dan berjalan bersama dalam kesatuan dengan diri-Nya sehingga damai sejati itu menjadi milik kita. Dengan demikian, menjadi tugas kita, yang telah diperdamaikan dengan Allah, menjadi duta perdamaian. Memperkenalkan Kristus kepada semua orang yang kita jumpai, baik melalui tutur kata maupun tindakan kita, sehingga semakin banyak orang dapat berdamai dengan Allah, dan untuk selanjutnya, mereka turut menjadi duta damai kepada sesama yang lain.
Jika kita menyadari panggilan kita sebagai pembawa damai, maka sudah sewajarnya kita tidak lagi menjadi pembawa masalah baik di komunitas, tempat kerja, maupun dalam perjumpaan kita di tengah umat dan masyarakat sekitar. Kita mengembangkan sikap membangun bukan menjatuhkan, menyatukan bukan memisahkan, dan mengasihi sesama serta semesta seperti Yesus mengasihi manusia dan semesta.
Menjadi duta untuk perdamaian, bukanlah perdamaian yang semu, temporer dan hanya berlaku sementara di dunia saja, tetapi lebih luas dan dalam daripada itu. Adalah tugas kita untuk menyampaikan kabar baik bahwa Kristus telah lahir di tengah-tengah kita, membawa kedamaian antara Allah dengan manusia. Melakukan rekonsiliasi dalam hati kita sendiri, dengan saudari sekomunitas, dengan rekan kerja kita, dan kepada mereka yang hidup dengan penuh kebencian dan dendam, serta kepada mereka yang selalu penuh prasanga buruk kepada sesamanya yang lain. Kita dipanggil untuk membawa damai bagi semua orang. Seperti Yesus lahir untuk memberikan hidup-Nya bagi kita, semoga hidup dan profesi kita sebagai religius juga menjadi tanda bahwa kita juga “memberikan hidup” bagi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa banyak orang.
PR Perwujudan Konkret
Memaafkan dan mengampuni saudara-saudari yang melukai hati kita. Dengan demikian kita memiliki damai dan membawa damai bagi orang yang merindukan pengampunan dari kita.
Menyadari kelahiran Yesus Sang Juru Selamat, yang berkenan lahir dan memberikan hidup-Nya bagi kita dan bagi semesta, sebagai kekuatan kita menghadapi penderitaan dan tantangan kehidupan.
Refleksi
1. Apakah Hari Natal sebagai perayaaan iman akan kelahiran Bayi Mungil Yesus, menjadi hari sukacitaku karena imanku akan penyertaan Allah bagi hidupku dan setiap manusia serta semesta?
2. Sebagai seorang suster FCh, bagaimana aku penghayati pemberian diriku bagi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama? Apa yang telah kulakukan?
3. Apakah dalam perjalanan hidupku, aku telah memberikan hidupku sungguh bagi Allah dan bagi keselamatan sesamaku yang kujumpai setiap hari?
Tinggalkan Balasan