Belarasa-yang-tak-terbagi = MERELAKAN NYAWA
Pengantar
Dalam rekoleksi bulan Juni ini, kita akan merenungkan nilai CINTA KASIH – Charitas dengan sub tema “Merelakan Nyawa” sebagai wujud ke-total-an cinta kasih yang nyata. Misteri wafat Kristus sangat gamblang mewartakan nilai “merelakan nyawa” yang Ia sendiri wartakan, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (15:13). Dalam permenungan selanjutnya kita akan belajar dari Santo Paiulus yang juga dengan kesadaraan penuh merelakan nyawanya untuk tugas dan panggilan yang ia yakini berasal dari Allah sendiri.
Sebagai Suster Charitas, kita bangga dan bersyukur memiliki para suster pendahulu yang juga merelakan nyawanya dengan wafat di tanah misi, yakni Indonesia. Mereka meninggal di kamp ketika masa penjajahan Jepang. Dalam rekoleksi kali ini, secara khusus kita akan merenungkan makna “merelakan nyawa” dalam kehadiran Zr. Maria Gemma.
Sessi I/ Malam
“Kristus Menyerahkan Hidup-Nya Untuk Kita”
Bahan Renungan
I Yoh. 3: 16-18
“Dengan jalan inilah kita mengetahui cara mengasihi sesama: Kristus sudah menyerahkan hidup-Nya untuk kita. Sebab itu, kita juga harus menyerahkan hidup kita untuk saudara- saudara kita! Kalau seorang yang berkecukupan melihat saudaranya berkekurangan, tetapi tidak mau menolong saudaranya itu, bagaimana orang itu dapat mengatakan bahwa ia mengasihi Allah? Anak-anakku! Janganlah kita mengasihi hanya di mulut atau hanya dengan perkataan saja. Hendaklah kita mengasihi dengan kasih yang sejati, yang dibuktikan dengan perbuatan kita.”
Renungan
Kristus mengajar kita bagaimana cara mengasihi sesama dengan teladan hidup yang diwariskan- Nya yakni menyerahkan hidup-Nya untuk kita. Ia menyerahkan diri-Nya sendiri terutama agar Ia memiliki kita sepenuhnya. Semakin kita mengerti dan merenungkan penyerahan diri Yesus bagi kita, kita akan semakin mampu menghayati penyerahan diri kita kepada-Nya. Penyerahan diri ini merupakan peristiwa timbal balik; kasih datang dari kedua belah pihak. Penyerahan diri Yesus semestinya membuat kita mengalami kepenuhan kasih Allah, sehingga dengan kasih dan sukacita yang sama, hidup kita seluruhnya menjadi milik-Nya. Kita tahu bahwa kita memiliki Yesus seluruhnya, dan Yesus memiliki kita seutuhnya juga.
Rasul Paulus berkata, “pengikut Kristus ‘Menyerupai Dia dalam kematian-Nya, agar saya sedapat mungkin mencapai kebangkitan dari maut.” Bagaimana kita dapat menyerupai Yesus dalam kematian-Nya? Pertama-tama, orang harus memutuskan ikatannya dengan hidup dimasa lampau. Ini tidak mungkin, selain orang dilahirkan kembali, seperti dikatakan oleh Yesus sendiri. Lahir kembali hanya mungkin dengan dimakamkan bersama Dia dalam baptis. Baptis melambangkan penolakan semua pekerjaan daging. Baptis membersihkan jiwa dari noda, sebab ketika kita dibaptis, kita dikuburkan bersama-sama dengan Dia dan mengikuti Dia dalam kematian.
Dikubur bersama-sama dengan Dia dan mengikuti Dia dalam kematian, atau “bersedia kehilangan nyawa” berarti menyerahkan diri kita kepada Tuhan untuk mewujudkan rancangan-Nya. Menjalani hidup ini dengan tujuan. Tergerak oleh karena tujuan. Memberikan diri kita kepada Tuhan. Dan membiarkan Dia memakai kita untuk mewujudkan tujuan-Nya.
Berserah kepada Yesus juga berarti meletakkan setiap bidang kehidupan kita ke dalam-Nya. Yesus ingin kita belajar untuk menjadi seorang pemberi dalam hidup ini, bukan menjadi seorang pengambil. Ia berkata, “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (Markus 8:35).
PR Perwujudan Konkret
“…marilah kita kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran” (I Yoh 3: 18)
Refleksi
1. Siapakah aku di hadapan sesamaku? Aku adalah seorang pemberi, atau seorang pengambil?
2. Sebagai seorang yang telah menerima baptisan dan hidup secara khusus sebagai suster Charitas, ikatan hidup masa lampau mana yang telah kuputus? Kecendrungan daging mana yang mengerogoti hidup rohaniku yang telah kutemukan dan kuatasi dengan sungguh?
3. Apakah aku menyadari dengan sungguh cinta kasih Allah yang total dalam diri Yesus untukku?
Tinggalkan Balasan