REKOLEKSI TAHUN 2020 “CINTA KASIH”: Bulan Mei

Sessi I/ Malam

Bahan Renungan

Yoh. 19: 25- 27

Maria Bersama Yesus Sampai di Puncak Kalvari

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “ Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid- Nya, “Inilah ibumu!” Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Renungan

Dalam Injil Yohanes (19: 25) dikisahkan dengan jelas, BundaMaria, “berdiri di dekat salib Yesus”. Ini artinya bahwa Bunda Maria menyertai Yesus sampai ke Puncak Kalvarri. Keikutsertaan Bunda Maria dalam sengsara Tuhan juga tergambar jelas pada tradisi Jalan Salib (versi Madah Bakti) pada perhentian ke 4; “Maria berdiri di pinggir jalan salib, yang dilewati oleh Putranya. Mereka saling beradu pandang. Maria melihat kesedihan Putranya dan turut menanggung segala penghinaan dan kesakitan bersama Dia”. Kemudian dikisahkan pula dalam perhentian ke-13; “Maria ikut menderita bersama Putranya. Maka kini usahanya yang terakhir ialah untuk menghormati Putranya dengan memakamkan-Nya secara pantas. Maka Yusuf dari Arimatea menurunkan Yesus dari salib dan merebahkan-Nya pada pangkuan Maria Bunda-Nya”.

Gereja Katolik mengenang peristiwa jenazah Yesus dibaringkan di pangkuan Bunda Maria melalui patung      yang      dikenal      sebagai     patung      Pietà.      Patung      Pietà       adalah      sebuah patung karya Michelangelo yang   terletak   di basilika   Santo   Petrus di Roma, Italia. Patung   ini pertama  dibuat  sebagai  monumen  di  makam kardinal Prancis Jean  de  Billheres  (1498-1499), namun kemudian dipindahkan ke kapel pertama di basilika Santo Petrus, Vatikan pada abad ke-

18.  Patung Pietà ini menggambarkan tubuh Yesus di pelukan Maria, ibu-Nya, setelah penyaliban.

Dalam hening, kita bisa merenungkan misteri CINTA KASIH  yang total dari Bunda Maria melalui gambar patung Pietà ini. “Dalam senyap, Bunda Maria menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya”. Kita bisa merasakan betapa pedih dan remuknya hati Bunda Maria ketika ia harus menerima  kenyataan  bahwa Putra  yang  dikasihinya  tak  lagi  bernyawa. Keikutsertaan  Bunda Maria merasakan penderitaan Putranya dalam perjalanan hidup-Nya sampai ke Puncak Kalvari, menjadi  keyakinan  dan kekuatan  kita bersama,  bahwa  Bunda  Maria  pun  setia  menyertai perjalanan hidup kita terutama ketika kita mengalami penderitaan dan kesulitan baik dalam karya perutusan maupun dalam hidup bersama kita dalam persaudaraan. Dalam doanya, ia menemani kita.

PR Perwujudan Konkret

 Menyadari  setiap  saat,  Bunda  Maria  menemani  dan  mendoakan  kita  dalam  seluruh peziarahan hidup kita.

Belajar dari kesetiaan Bunda Maria menemani Yesus sampai wafat-Nya di Kalvari, dalam diam, maka kita juga belajar tidak mudah mengeluh ketika mengalami kesulitan, tantangan dan penderitaan dalam hidup persaudaraan maupun perutusan kita.

Refleksi

1.   Apakah aku yakin dan percaya bahwa Bunda Maria selalu menemani dan mendoakan aku dalam seluruh peziarahanku baik ketika aku masih hidup maupun disaat kematianku?

2.   Apakah aku mau belajar untuk menyimpan dalam hati setiap perkara yang menyakitkan hati dan membuatku menderita?

3.   Apakah  aku  juga  berusaha  turut  serta  dalam  penderitaan  sesamaku, terutama  saudari sekomunitasku dengan hati yang tulus?

Laman: 1 2 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts