Sessi I/ Malam
Bahan Renungan
Yoh. 19: 25- 27
Maria Bersama Yesus Sampai di Puncak Kalvari
Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “ Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid- Nya, “Inilah ibumu!” Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Renungan
Dalam Injil Yohanes (19: 25) dikisahkan dengan jelas, BundaMaria, “berdiri di dekat salib Yesus”. Ini artinya bahwa Bunda Maria menyertai Yesus sampai ke Puncak Kalvarri. Keikutsertaan Bunda Maria dalam sengsara Tuhan juga tergambar jelas pada tradisi Jalan Salib (versi Madah Bakti) pada perhentian ke 4; “Maria berdiri di pinggir jalan salib, yang dilewati oleh Putranya. Mereka saling beradu pandang. Maria melihat kesedihan Putranya dan turut menanggung segala penghinaan dan kesakitan bersama Dia”. Kemudian dikisahkan pula dalam perhentian ke-13; “Maria ikut menderita bersama Putranya. Maka kini usahanya yang terakhir ialah untuk menghormati Putranya dengan memakamkan-Nya secara pantas. Maka Yusuf dari Arimatea menurunkan Yesus dari salib dan merebahkan-Nya pada pangkuan Maria Bunda-Nya”.
Gereja Katolik mengenang peristiwa jenazah Yesus dibaringkan di pangkuan Bunda Maria melalui patung yang dikenal sebagai patung Pietà. Patung Pietà adalah sebuah patung karya Michelangelo yang terletak di basilika Santo Petrus di Roma, Italia. Patung ini pertama dibuat sebagai monumen di makam kardinal Prancis Jean de Billheres (1498-1499), namun kemudian dipindahkan ke kapel pertama di basilika Santo Petrus, Vatikan pada abad ke-
18. Patung Pietà ini menggambarkan tubuh Yesus di pelukan Maria, ibu-Nya, setelah penyaliban.
![](https://susterfch.or.id/wp-content/uploads/2020/10/Piata.jpg)
Dalam hening, kita bisa merenungkan misteri CINTA KASIH yang total dari Bunda Maria melalui gambar patung Pietà ini. “Dalam senyap, Bunda Maria menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya”. Kita bisa merasakan betapa pedih dan remuknya hati Bunda Maria ketika ia harus menerima kenyataan bahwa Putra yang dikasihinya tak lagi bernyawa. Keikutsertaan Bunda Maria merasakan penderitaan Putranya dalam perjalanan hidup-Nya sampai ke Puncak Kalvari, menjadi keyakinan dan kekuatan kita bersama, bahwa Bunda Maria pun setia menyertai perjalanan hidup kita terutama ketika kita mengalami penderitaan dan kesulitan baik dalam karya perutusan maupun dalam hidup bersama kita dalam persaudaraan. Dalam doanya, ia menemani kita.
PR Perwujudan Konkret
Menyadari setiap saat, Bunda Maria menemani dan mendoakan kita dalam seluruh peziarahan hidup kita.
Belajar dari kesetiaan Bunda Maria menemani Yesus sampai wafat-Nya di Kalvari, dalam diam, maka kita juga belajar tidak mudah mengeluh ketika mengalami kesulitan, tantangan dan penderitaan dalam hidup persaudaraan maupun perutusan kita.
Refleksi
1. Apakah aku yakin dan percaya bahwa Bunda Maria selalu menemani dan mendoakan aku dalam seluruh peziarahanku baik ketika aku masih hidup maupun disaat kematianku?
2. Apakah aku mau belajar untuk menyimpan dalam hati setiap perkara yang menyakitkan hati dan membuatku menderita?
3. Apakah aku juga berusaha turut serta dalam penderitaan sesamaku, terutama saudari sekomunitasku dengan hati yang tulus?
Tinggalkan Balasan