Belarasa-yang-tak-terbagi :
MENDOAKAN JIWA-JIWA ORANG BERIMAN
Para saudari ytk, wujud cinta kasih kita bulan ini adalah mengenang dan mendoakan para leluhur kita yang telah mendahului kita, terutama bagi jiwa-jiwa atau arwah orang beriman yang masih di api penyucian, dan yang sangat membutuhkan doa-doa dari kita. Kita mengenang mereka karena rasa hormat dan bakti kita dan supaya apa yang baik dari mereka dapat kita teruskan. Dan kita mendoakan mereka sebagai wujud kasih kita dengan memohonkan kebahagiaan kekal bagi mereka terutama mereka yang masih berada di tempat penantian.
Mengapa mendoakan jiwa-jiwa orang beriman menjadi salah satu wujud cinta kasih? Kita tahu bahwa antara kita yang masih hidup di dunia ini, dan mereka yang telah bersama Allah di surga serta saudara-saudari kita yang masih ada di api penyucian, adalah satu keluarga atau satu tubuh dalam Kristus. Maka kita dipanggil untuk menghadirkan dan mendoakan mereka dalam hidup kita. Bagi mereka yang telah berada dalam kemuliaan di surga, kita mohon doa dari mereka, agar hidup kita berkenan di hadapan Allah dan rahmat-Nya senantiasa menyertai kita. Sementara kita yang masih hidup ini memiliki tugas mengingat saudara-saudari kita yang belum mengalami kehidupan kekal, yang sangat membutuhkan pertolongan doa-doa kita, sehingga mereka dalam belas kasih Allah dibebaskan dari hukuman kekal dan dari api penyucian. Dan dalam iman kita akan Yesus Kristus, kita percaya bahwa kita semua kelak akan dipersatukan kembali, bersama Allah Bapa di surga.
Tradisi mendoakan arwah atau jiwa-jiwa orang beriman ini sudah ada sejak masa awal perkembangan agama Kristen. Umat Kristiani mendoakan keluarga atau temannya yang sudah meninggal dunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya doa-doa yang tertulis di katakombe, yakni kuburan bawah tanah yang terletak di berbagai kota Kekaisana Romawi khususnya di kota Roma. Dalam Kitab Suci praktik mendoakan keluarga yang telah meninggal tercatat pada kitab Makabe (2 Mak 12:42-46) dan dalam Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2 Tim 1: 18) bahwa ia berdoa bagi keluarga Onesiforus yang telah meninggal dunia.
Gereja sadar bahwa tidak semua umat beriman yang sudah meninggal telah bersatu dalam kemuliaan Allah di surga. Karena dosa-dosa, mereka masih harus melaksanakan pemurnian terlebih dahulu di api penyucian. Supaya mereka yang ada di api penyucian segera bersih dan murni, dibutuhkan doa-doa melalui Ekaristi dan doa umat beriman yang masih hidup di dunia, melalui devosi atau ibadat peringatan arwah orang beriman.
Pada rekoleksi bulan ini, kita akan merenungkan bersama panggilan kita untuk mencintai mereka yang telah mendahului kita, dan bagaimana kita menghormati mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam peziarahan hidup kita.
Tinggalkan Balasan