MENIMBANG KASIH

Kunjungan keluarga suster

Kasih Tuhan sempurna.  Artinya kasih Tuhan itu penuh, lengkap dan utuh.  Oleh karena itu,  kita tak bisa mengukur besarnya kasih Tuhan dengan segala yang kita alami, namun ingatlah dan renungkanlah pengorbanan Kristus di atas kayu salib.  Salib adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Tuhan kepada kita. Kasih Tuhan tak bersyarat.  “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”  (1 Yohanes 4:19), bahkan  “…Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”  (Roma 5:8).  Tuhan mengasihi kita sampai sehabis-habisnya. Tuhan hanya menghendaki keselamatan kita.

Hal itu sangat berbeda dengan kasih manusia yang bersyarat.  Seringkali kita hanya mau mengasihi orang-orang yang mengasihi kita, jika tidak, kita pun tidak lagi mau mengasihi. Kasih kita kepada sesama, kadang masih belum tulus, ada pamrih, mengharapkan balasan, dan memilih-milih, serta menimbang untung-rugi.  Namun Tuhan sedemikian rupa mengasihi kita dengan  “…tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua,”  (Roma 8:32).  Apa pun juga yang ada di dunia ini tidak ada yang sanggup memisahkan kita dari kasih Tuhan.

Apa yang ada pada kita, sesungguhnya tidak ada yang kita miliki, semua pemberian dari Tuhan. Seluruh diri pribadi kita dicipta sedemikian indah dan sempurna oleh kuasa-Nya. Dia membentuk kita dalam ruang rahasia, rahim ibu kita (bdk. Mz.139) dan hanya Dia sendirilah  perancangnya, sekaligus penciptanya.  Seluruh diri ini, dengan masing-masing bagiannya ditata sedemikian rapinya, dari kepala hingga ujung jari kaki. Tidak diciptakan-Nya mata kita di bagian belakang kepala, tidak ditempatkan-Nya mulut di leher, hidung di dahi, telinga di mulut, dan seterusnya.

Sungguh kita tidak pernah terlepas dari kasih Tuhan. Segala-galanya adalah milik Tuhan. Selanjutnya bagaimana kasih Tuhan itu tertanam dalam di dalam hati nubari kita. Bagaimana kasih Tuhan itu tumbuh dan berbuah. Buah-buah kasih itu tentu saja akan tampak nyata dalam praktik hidup setiap hari. Oleh karena itu, kita akan mencoba mengingat kembali dan menimbang perwujudan kasih kita sepanjang tahun ini. 

Sepanjang tahun ini, Kongregasi telah menetapkan sebagai Tahun Cinta Kasih dan kita semua sebagai anggota Kongregasi telah dan terus diajak mendalami, merenungkan, dan pada gilirannya mewujudnyatakan cinta kasih itu, baik kasih terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap alam ciptaan.

Laman: 1 2 3 4 5 6

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts