MENIMBANG KASIH

Misionaris Belanda

Para saudari yang terkasih, unsur terpenting dalam kehidupan orang beriman adalah kasih, sebab “ … kasih itu berasal dari Allah ; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dan mengenal Allah. Barang siapa tidak mengasihi , ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” ( 1 Yohanes 4 : 7 – 8 ).

Secara tegas Tuhan memberikan perintah utama dan pertama kepada kita yaitu “ Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu “ dan “ Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri “. ( Mat.2 : 37 – 39 )

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi, bukanlah suatu perkara yang mudah. Itu merupakan sebuah perjuangan yang tiada pernah berakhir. Namun demikian marilah kita simak bagaimana kita telah mencobanya!  Bagaimana kasih seperti itu kita pahami? Kasih ini menuntut sikap hati yang  menghormati dan menghargai Allah sehingga kita sungguh-sungguh merindukan persekutuan dengan-Nya, berusaha untuk menaati Dia di atas muka bumi ini, dan benar-benar mempedulikan kehormatan dan kehendak-Nya di dunia.  Kita  yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan ingin mengambil bagian dalam penderitaan-Nya (Fil.3:10), memperluas kerajaan-Nya (1Kor 9:23), dan hidup bagi kemuliaan-Nya di bumi ini (Mat 6:9-10,33).

Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang sepenuh hati dan yang menguasai seluruh diri kita, kasih yang dibangkitkan oleh kasih-Nya kepada kita yang menyebabkan Dia mengutus Anak-Nya untuk kepentingan kita. Kasih hendaklah mawujud dalam kasih kita kepada Allah, diri sendiri, sesama, dan seluruh alam ciptaan. Namun mengatasi semua itu, terlebih dahulu kita harus benar menimbang kasih kita kepada Allah sebagai Sang Sumber Kasih sehingga dapat menimbang kasih kita kepada diri sendiri, sesame, dan alam.

Kasih kepada Allah

Misionaris di Suriname

Kita mengacu pada sabda ini, “ Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5) dan “Dengan segenap jiwa, aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi.” (Yesaya 26:9)

Mengasihi Tuhan dengan seluruh jiwa kita, artinya kita mengasihi Tuhan dengan memakai akal budi, perasaan, dan kemauan kita bagi Tuhan. Sebagai contoh : ketika kita bernyanyi, main music, kita lakukan dengan penuh penghayatan, sekaligus roh kita juga ikut bernyanyi.

Dengan segenap kekuatan adalah dengan semua kemampuan yang ada pada kita baik kemampuan fisik maupun non fisik, seperti tenaga, waktu, harta, talenta, dst. Dengan kata lain, kita mengasihi Tuhan dengan segala anugerah yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita.

Sesungguhnya Tuhan sendiri telah meyiapkan segalanya bagi kita untuk mengasihi-Nya. Maka dibutuhkan kesadaran penuh akan keberadaan kita supaya kita mampu mengasihi-Nya. Terutama kita harus senantiasa terhubung dengan Sang Kasih sendiri melalui relasi yang intim dengan-Nya, dalam doa, adorasi, rekoleksi, retret, dan penghayatan sakramen-sakramen. Melalui relasi yang intim dengan-Nya yang adalah satu-satunya kekasih kita, kita dapat menyerap dan belajar tentang kasih daripada-Nya. “ Arti sesungguhnya dari mengasihi Allah adalah berusaha melakukan apa yang berkenan kepada-Nya, apa yang menyenangkan hati-Nya.” (Yoh.14: 15). Dia bersabda, “ Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Marilah kita, masuk ke dalam diri dan bertanya, sudahkan kita benar-benar mengasihi-Nya, menuruti perintah-Nya,…atau?

Laman: 1 2 3 4 5 6

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts