Biara Charitas Theresia Saelmakers Roosendaal – Belanda

Misi di Negeri Kincir Angin

Berkat Kasih Tuhan dan atas penyelenggaran Ilahi-Nya, Kongregasi menanggapi undangan Uskup dari Keuskupan Breda Mgr. Joh. Liessen kepada Kongregasi Suster-suster St. Fransiskus Charitas Palembang, maka pada tanggal 01 Maret 2020 diutuslah 2 (dua) suster yakni Sr. M. Brigitta FCh dan Sr. M. Hieronima FCh untuk bermisi ke Negara Belanda. Sebelum keberangkatannya ke Roosendaal Belanda, diadakan perayaaan Ekaristi untuk tugas perutusan baru, tanggal 27 Februari 2020 di Biara Charitas Siena Pondok Labu, Jakarta Selatan. Perayaan Ekaristi dihadiri oleh Sr. M. Henrika FCh sebagai Pemimpin Umum Kongregasi dan para suster yang tinggal di Biara Charitas Lembah Spoleto Jakarta Selatan.

Anggota Komunitas Theresia Saelmaekers Roosendaal – Belanda (September 2020)

Dengan berbekal tekat semangat dan dukungan penuh serta doa-doa dari para Suster Charitas di Indonesia, tanggal 01 Maret 2021 Sr. M. Brigitta FCh dan Sr. M. Hieronima FCh, berangkat ke Roosendaal Belanda dan tepat tanggal 02 Maret 2020, pkl 11.000 waktu Belanda, para suster tiba di Bandara Schipol Belanda, mereka tiba dengan penuh syukur, sukacita, sehat dan selamat. Di bandara, kedua suster ini sudah disambut oleh P. Norbert Schnell, Mv Ineke Van de Kar, Mn Wim Joosten dan Sr. M. Christine FCh yang saat itu sedang berlibur di Roosendaal Belanda. Para suster langsung berangkat menuju Wouwseweg, Roosendaal. Ketika para suster tiba di Komunitas, mereka disambut oleh Zr. Egidia, Zr. Michael, Rector Spanjers, Marijke dan Joke, perlu diketahui bahwa di Biara Charitas Roosendaal Belanda hanya tinggal 2 (dua) Zuster yang sudah lanjut usia (lansia).

Karena masih dalam situasi pandemi Corona (Covid’19) yang saat itu sedang mewabah di seluruh dunia, maka mereka sementara waktu masih tinggal di Charitasstede selama satu bulan penuh. Charitasstede adalah Paviliun dimana Zr. Egidia tinggal saat itu, sedangkan Zr. Michael tinggal di Paviliun lain yakni Clarastede. Setelah itu kegiatan masih berjalan seperti biasa, dan masih dalam suasana karantina (isolasi mandiri).

Tanggal 06 April 2020 Charitasstede akan segera dikosongkan, karena ruangan dimana Zr. Egidia tinggal akan digunakan untuk ruangan perawatan paliatif dan Zr. Egidia dipindahkan ke Paviliun lain yakni Strijpe 9, sedangkan Sr. M. Brigitta FCh dan Sr. M. Hieronima FCh, sementara waktu boleh tinggal di Clarastede. Di ruangan inilah kedua suster menunggu lagi sampai renovasi biara baru benar-benar siap untuk ditempati. Pada tanggal 08 September 2020, diadakan perayaan Ekaristi yang perdana di kapel biara. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh P. Norbert Schnell, P. Rector Spanjers MHM dan P. Taddy Beker MHM. Perayaan Ekaristi ini juga dihadiri oleh perwakilan umat dari Paroki St. Norbertus Roosendaal.

Setelah kurang lebih menunggu  6 (enam) bulan, akhirnya biara baru yang kita harapkan yakni Biara Charitas Theresia Saelmaekers – Roosendaal Belanda, yang lokasi berada di kompleks Gereja Onze Lieve Vrouw sudah siap ditempati. Minggu tanggal 07 Oktober 2020, dewan Paroki St. Norbertus menyambut kehadiran para Suster  Charitas di Gereja. Dalam kesempatan inilah para suster Charitas, memperkenalkan diri dengan umat setempat. Mereka diajak berkeliling ke gereja di Kade dan di Sint. Yoseph.

Umat di Paroki setempat sangat antusias dan gembira menyambut kehadiran para suster Charitas tersebut. Harapan dari umat setempat bahwa Suster Charitas,  nantinya dapat kembali berkembang (tumbuh tunas-tunas baru Charitas), terutama di daerah Roosendaal – Belanda.

Tepat pada tanggal 12 Oktober 2020, dengan dibantu sejumlah karyawan, para suster mulai pindah untuk menempati biara baru yang beralamatkan di Kompleks Onze Lieve Vrouwekerk, Kade 23, 4703 GA Roosendaal – Belanda. Biara baru ini sebelumnya bangunan biara yang duhulu adalah biara para Imam dan Bruder Redemptoris, karena mereka sudah banyak yang meninggal, maka bangunan biara ini sudah sekian lama kosong dan diizinkan untuk ditempati para suster Charitas yang bermisi di Roosendaal Belanda.

Tanggal 08 Desember 2020, merupakan Hari Raya Sta. Perawan Maria dikandung tanpa noda dan pada saat inilah Biara Charitas yang baru diberkati oleh Uskup – Keuskupan Breda (Mgr. Joh Liessen), bersama Pastor Paroki Pastor Ronald, dan konselebrant P. Norbert Scnell dan Rector Charitas, P. Spanjers MHM.

Nama Biara baru yang diberkati adalah Biara Charitas “Theresia Saelmaekers” Roosendaal Belanda.  Selama beberapa bulan menempati biara baru tersebut, para suster belum banyak terlibat dalam kegiatan yang ada di sana, karena masih dalam situasi pandemi dan seluruh kegiatan/aktifitas di gereja sementara juga ditiadakan juga. Untuk mengisi kegiatan, maka para suster sementara waktu membantu apa saja yang bisa dikerjakan bersama aktifis gereja di Kade. Selain kegiatan tersebut para suster masih diberikan kesempatan memperlancar bahasa Belanda dengan mengikuti kursus di Lembaga Bahasa EBC Taal di Bergen Op Zoom (dua kali dalam satu Minggu).

Kegiatan para suster sehari-hari di komunitas baru adalah melakukan minum bersama dengan para karyawan yang datang setiap harinya ke kantor, ikut terlibat aktif dalam ibadat dan berdoa bersama para karyawan. Perayaan Ekaristi dilakukan setiap Selasa dan Kamis di Kapel Biara, sehingga dari kegiatan/pertemuan seperti inilah diharapkan agar para suster semakin akrab, dekat dan bisa bekerja sama dengan umat setempat. Kendati sudah tinggal terpisah dengan para suster yang berada di rumah jompo, namun kedua suster ini pada siang hari mulai pkl 15.00 s/d 20.30 secara bergantian mereka tetap membantu, melayani dan menemani Zr. Egidia dan Zr. Michael dan tentunya dengan penuh semangat, sukacita dan gembira.

Sr. M. Brigitta FCh dan Sr. M. Hieronima FCh dengan cintanya tak lepas untuk selalu memani para suster kita di Belanda dalam  berdoa, ekaristi, snack “minum kopi atau teh”, makan dan rekreasi bersama. Kita berharap semoga kehadiran para suster di Roosendaal Belanda, semakin bersinar dan sukacitanya tetap mewarnai di dalam setiap perjumapaan dan pemberian dirinya untuk pelayanan yang baik bagi para suster kita di sana dan juga seluruh umat yang ada di Belanda pada umumnya, dan di Roosendaal khususnya.

Demikian juga kehadiran suster – suster Charitas yang kecil dan masih sedikit ini, mampu membawa semangat untuk berbagi dan tentunya mampu memberi warna yang berbeda dan semoga kehadiran kita di sana nantinya mampu mengembalikan semangat iman katolik bagi umat di Roosendaal Belanda di mana kita hadir bagi mereka.

Dengan adanya biara baru yakni Biara Charitas Theresia Saelmaekers, maka Pemimpin Umum Kongregasi yakni Sr. M. Henrika FCh berserta Dewannya mengukuhkan Sr. M. Brigitta FCh sebagai Pelayan Persaudaraan di Biara Charitas Theresia Saelmaekers tersebut dengan No.SK 48/K-FCh/II/20 (01 Februari 2020).

Semoga teladan hidup Muder Theresia Saelmaekers meresap dalam jiwa para suster kita sekalian. Dengan demikian, kehadiran kita menjadi kemuliaan Allah.

Keutamaan dan nilai-nilai hidup Muder Theresia Saelmaekers terwujud dalam tindakan nyata selama hidupnya. Beliau beriman kuat, berjiwa religius , teguh dalam harapan, tekun dalam doa, sederhana, ulet, tidak mudah putus asa , tidak takut menanggung resiko, bersikap idealis, berani mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya, pekerja keras, rendah hati dan masih banyak lagi yang bisa di teladani dalam contoh-contoh hidupnya. Sejarah hidupnya menyingkapkan siapa dirinya berhadapan dengan fakta yang dihadapinya. Beberapa sikap yang beliau pilih nyata dalam karyanya a.l :

  • Tergantung dan berharap pada Allah

Beliau selalu memohon terang Roh Kudus dan bimbingan Allah untuk apa yang dilakukan. Cinta kasih Allah mendorong beliau maju terus. Jika religius dan semangat berdoa mewarnai semangat pelayanannya. Cinta kasih buah ketekunan doa,  memberi kekuatan kepada beliau untuk hadir bagi orang lain terutama yang miskin dan yang membutuhkan pertolongannya.

  •  Idealis dan berani    

Sikap idealis dan keberaniannya  terbukti dalam semangatnya untuk mendirikan rumah-rumah biara di beberapa tempat, walau harapan untuk berkembang tidak seberapa menggembirakan. Beliau tidak mengenal lelah untuk melayani sesama di beberapa tempat yang meminta pelayanan. Keberaniannya juga tampak ketika beliau harusberhadapan dengan tuan-tuan Regen yang lebih mementingkan urusan bisnis daripada pelayanan untuk orang-orang miskin dan tersingkir. Beliau harus berjuang mewartakan kasih Allah dalam meningkatkan kesejahteraan bagi orang-orang miskin, terlantar, dan menderita.

  • Cepat bertindak, rela menderita dan tidak takut menanggung resiko

Keberaniannya membuat tuan-tuan Regen marah. Dalam situasi ini, Moeder Theresia mengambil langkah untuk pergi dari Oosterhout (biara pertama). Bersama dua suster dan seorang novis, beliau berangkat ke Steenbergen untuk membuka rumah baru dengan fasilitas seadanya yang sempat dibawa. Namun mereka  tetap   menerima keadaan itu dengan tetap berempati pada orang-orang miskin dengan penuh kesetiaan.

  •  Terbuka dan setia pada persaudaraan

Moeder Theresia selalu membicarakan rencana-rencana bagi kongregasinya dan mempersiapkan segala sesuatau bersama dengan para susternya. Mereka berjanji setia satu dengan yang lain. Kesetiaan pada persaudaraan bukan berarti menghindari konflik, tetapi ‘duduk bersama’ dalam memecahkan persoalan.

  • Besemangat Radikal dan tidak takut perpecahan

Keterbukaan hatinya akan panggilan Allah dimanapun membuat hatinya lepas bebas  untuk menjalankan perutusannya. Semangat radikal tampak ketika beliau mau dan rela melepas biara-biara yang telah didirikannya. Sikap mapan dan mandeg tidak ada dalam sejarah hidupnya. Beliau selau siap diutus oleh Allah sesuai dengan keadaan yang memintanya untuk bertindak. Komunitas-komunitas yang dirintisnya akhirnya harus mengalami perpecahan. Namun beliau tetap setia pada komitmen awal dan cita-citanya untuk menolong orang sakit terutama yang miskin dan tersingkir.

Rendah Hati dan ‘’sumeleh’’

 Pada usia ke -70 tahun, beliau merasakan dirinya tidak lagi mampu menjadi Pemimpin Umum Kongregasi Charitas. Maka jabatan pun diserahkankepada penggantinya. Ia mengikuti teladan pelindungnya yaitu Theresia Agung yang menempatkan diri di bawah ketaatan sebagai religius biasa. Dalam masa tuanya beliau tetap aktif berkarya dan mempersembahkan masa-masa tuanya dalam doa

  Semoga teladan hidup Muder Theresia Saelmaekers meresap dalam jiwa kita sekalian. Dengan demikian, kehadiran kita menjadi kemuliaan Allah.

“…..Marilah kita mulai lagi, sebab kita belum berbuat apa-apa,….”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts