BIARA CHARITAS SAN DAMIANO

Jl. Kol. H. Burlian No.228 KM 7 Palembang

Biara San Damianao bermula dari rumah lansia/jompo yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yakni merawat orang tua yang terlantar dan miskin. Inisiatif bermula dari Dewan Pastoral Keuskupan Palembang, dan inisiatif ini mendapat restu dari Mgr. J. Soudant, SCJ sebagai Uskup Palembang.

Tahun 2970 mulai pembangunan rumah lansia di atas tanah yang dibeli dari dr. Ghan Tjoe Han (Ghanda Wijaya). Tanggal 29 Desember 1971, rumah lansia tersebut diberkati oleh Mgr. J. Soudant SCJ. Karya ini dipercayakan kepada Suster-suster St. Fransiskus Charitas. Sebagai Pimpinan Regio Charitas (Sr. M. Leonilla FCh), setelah mendapat izin Pimpinan Umum dari Negeri Belanda mengutus Sr. M. Antoni, Sr. M. Pasedia, Sr. M. Johani, Sr. M. Fidelis, dan Sr. M. Bonifasia untuk berkarya di KM 7 Palembang. Maka dimulailah komunitas baru dengan pemimpin komunitas  Sr. M. Antoni Senirang.

Selain rumah untuk merawat lansia, dibuka juga BP/BKIA dan RRGN (Rumah Retret Giri Nugraha). BP dan BKIA dibangun sebagai sarana penunjang perawatan bagi rumah jompo dan menjawab kebutuhan masyarakat atas kesehatan ibu dan anak.

Sedangkan Rumah Retret dibangun dengan alasan bahwa di komplek biara KM 7 sangat kondusif untuk sarana pembinaan maupun tempat pengolahan rohani. Karya rumah retret bekerja sama dengan imam-imam SCJ.

Dibuka juga karya untuk remaja putri putus sekolah atau drop out yang disebut Babby Sitter. Karya ini menyiapkan remaja putri yang terbatas secara finansial untuk melanjutkan studi, memiliki keterampilan untuk merawat lansia maupun anak-anak.

Nama Biara Charitas San Damiano diambil dari “Gereja San Damiano” yang terletak dilur Asisi. Tempat ini sangat bersejarah dalam kehidupan St. Fransiskus Assisi. Di Gereja inilah ia mendengar salib berkata kepadanya, ”Fransiskus, pergi dan perbaikilah gereja yang mau roboh  seperti yang engkau lihat”. Dibimbing oleh Roh ia masuk kedalam untuk berdoa dan ia bersujud dengan penuh bakti di depan Yang Tersalib. Gambar salib itu memanggilnya, ‘Fransiskus,  pergilah dan perbaikilah rumah–Ku.

Sejak saat itu jiwanya yang suci tertembus rasa belaskasihan kepada yang Tersalib. Dengan tak kenal lelah, Fransiskus berusaha keras menggunakan segala daya upaya dengan tak kunjung berhenti memperbaiki Gereja itu. Gereja ini kemudian diberikan kepada Santa Clara sebagai biara. Semasa Fransiskus sakit, ia dirawat disini dan akhirnya pindah ke Gereja St. Maria Porziuncula.

Peristiwa “ajaib” dimana Salib Tuhan Yesus dapat berkata-kata, merupakan peristiwa monumental dalam kehidupan Fransiskus. Jiwanya luluh sehingga pada saat itu  cinta kasihnya pada Sang Tersalib memenuhi seluruh hidupnya. Demikian kisah ”San Damiano”. Semoga sejarah dan kisah yang melegenda ini menjadi inspirasi bagi anggota Komunitas San Damianao untuk membaktikan hidup juga pada Sang Tersalib. Kristus yang menderita menjadi prioritas. Nama San Damiano sangat baik untuk menjadi nama komunitas ini, sebab dengan mengenangkan sejarahnya, kita diingatkan bahwa Salib Yesus berseru, “perbaikilah rumah- Ku”. Rumah Allah “roboh” dalam diri orang-orang yang tersisih, miskin, terlantar, sakit, dan tidak mendapat perhatian. Memperbaiki  “rumah- Ku” berarti terlibat akan penderitaan sesama dan peduli akan nasib mereka.

Anggota Komunitas San Damiano, per Januari 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts