Jl. Charitas No.1 Tegalrejo BK.X – Belitang. Kab. OKU TIMUR
Biara Filial “Riccieri” merupakan perkembangan pelayanan asrama putri yang semula bernama “St. Maria Gorreti”. Karena alasan yang mendasar agar pendampingan anak-anak asrama putri lebih intensif, maka diputuskan untuk memisahkan komunitas asrama “St. Maria Gorreti” dari Biara Charitas Bernardus. Keputusan ini dikuatkan oleh hasil sidang kapitel Kongregasi tahun 2008, yang merekomendasikan bahwa karya pelayanan asrama menjadi karya unggulan. Dengan demikian, pembinaan kepribadian maupun pelayanan terhadap anak-anak muda tersebut benar-benar menjadi pelayanan yang utuh.
Tiga suster diutus mengelola asrama ini. Sr. M. Diana FCh sebagai coordinator. Mulai tanggal 2012, acara komunitas atau kegiatan komunitas filial “Riccieri” akan menyesuaikan aktifitas anak-anak asrama, sehingga pembinaan akan berlanjut setelah jam belajar di sekolah. Biara Filial “Riccieri” yang dikhususkan untuk mendampingi anak –anak putri ini, diresmikan pada tanggal 10 April 2012.
Asrama putri ini dibuka tahun 1958. Para suster tergerak hati untuk mendirikan asrama guru dan para medis dengan alasan ; kebanyakan guru dan para medis berasal dari pulau Jawa. Tahun 1978 asrama diperluas. Asrama putri mulai menerima pelajar dan remaja yang putus sekolah. Mereka mendapatkan pendidikan keterampilan seperti menjahit, memasak, merawat bayi dan urusan rumah tangga. Pada umumnya mereka yang tinggal di asrama yang berasal dari luar daerah Belitang. Pada tahun 1986, asrama lama dibongkar dan diperluas lagi. Pola pembinaan/pendampingan juga mengalami perubahan. Semua dilatih untuk peka terhadap lingkungan dan mampu bekerjasama.
Hidup beriman ditanamkan lewat misa harian, doa rosario, dan ibadat kompletorium. Hidup menggereja dan latihan memimpin ditanamkan melalui pendampingan sekolah Minggu, Legio Maria, pendalaman iman bersama mudika dan ikut ambil bagian tugas koor di Gereja. Tuntutan dan tantangan zaman mulai kompleks. Pengelolaan asrama juga membutuhkan perhatian lebih besar dan khusus lagi. Maka diambil langkah memberi ruang lebih terbuka untuk para suster yang bertugas mendampingi anak-anak di asrama untuk mengatur acara harian sesuai dengan aktifitas anak-anak asrama. Sikap ini diambil dengan harapan ; Pertama, parasuster yang bertugas secara khusus mendampingi putri-putri ini dapat lebih focus dan intensif dalam pendampingan. Kedua; asrama putri ini menjadi tempat pembinaan karakter dan lahan subur dalam menyemai benih-benih panggilan hidup membiara. Dengan demikian akan lahir putri-putri yang memiliki karakter yang kuat., beriman tangguh, militan dan siap berjuang ditengah masyarakat.
Nama Pelindung Biara Riccieri
Riccieri adalah seorang terpelajar, keturunan bangsawan, dari March Accona, Italia. Bersama satu orang terpelajar lainnya yakni Pellegrino, mereka tergerak hati bergabung dengan Ordo Saudara Dina karena mendengar khotbah St. Fransiskus di Bologna. Kedua saudara terpelajar ini memutuskan untuk menolak dunia dan memasuki persaudaraan. Berkat wahyu Ilahi, St. Fransiskus mengetahui bahwa mereka berdua didorong oleh Allah dan akan hidup suci dalam Ordo.
St. Fransiskus mengakui kegairahan mereka dan menerima mereka dengan senang hati. Katanya kepada mereka, ‘’Engkau Pellegrino, akan melayani hidup kerendahan hati , dan engkau Riccieri, akan melayani saudara-saudara”. Pellegrino tidak ingin menjadi imam, tetap sebagai awam walaupun ia amat terpelajar dan tahu baik hukum Gereja. Oleh karena kerendahan hatinya, ia mencapai kesempurnaan sepenuh-penuhnya. Sedangkan saudara Riccieri melayani saudara-saudara dengan saleh dan setia. Ia menjadi sahabat karib St. Fransiskus. Banyak rahasia St. Fransiskus dinyatakan kepadanya. Ia menjadi Minister Propinsi March Ancona dan melayani persaudaraan dalam waktu yang panjang, penuh damai dan kebijaksanaan.
Dalam perjalanan panggilannya, Riccieri mengalami pergumulan batin yang berat. Hal ini membuat dia amat susah dan tertekan. Untuk mengatasi godaan yang mengganggunya itu, ia mengerasi dirinya dengan berpuasa, mencambuki dirinya dan menangis siang malam. Tetapi semua cara yang ia lakukan tak dapat melenyapkan percobaan itu. Ia sering kali merasa putus asa, karena ia mengira sudah ditinggalkan Allah. Dalam keputusasaan ia memutuskan untuk pergi kepada St. Fransiskus sebagai obat yang terakhir. Pikirnya “kalau St. Fransiskus menerima saya dengan ramah dan memperlihatkan persahabatan yang biasa terhadap saya, maka saya percaya bahwa Allah masih berbelaskasihan terhadap saya; tetapi kalau tidak, itu merupakan tanda bahwa saya ditinggalkan oleh Allah”. Maka pergilah ia mengunjungi St. Fransiskus yang waktu itu sakit payah di Istana Uskup Asisi. Allah mewahyukan kepada St. Fransiskus perihal pencobaan dan keputusasaan saudara itu sehingga ia tahu apa maksud kedatangannya. Maka segera St. Fransiskus memanggil saudara Leo dan saudara Masseo dan berkata kepada mereka: “pergilah menemui anakku yang terkasih, saudara Riccieri, rangkullah dia ganti saya, dan sambutlah dia. Katakanlah kepadanya bahwa diantara semua saudara di bumi ini, dialah yang saya kasihi secara istimewa”. Saudara Leo dan Masseo menemui Riccieri di jalan. Mereka merangkulnya dan menyampaikan pesan St. Fransiskus kepadanya. Mendengar pesan St. Fransiskus, Riccieri amat berbahagia. Sambil bersyukur kepada Allah dengan segenap hatinya, ia berjalan terus ketempat St. Fransiskus terbaring sakit.
Walaupun St. Fransiskus dalam keadaan sakit yang amat parah, namun ketika didengarnya sdr. Ricceri mendekat, iapun bangkit dan pergi menjumpainya. Sambal merangkul sdr. Ricceri, St. Fransiskus berkata: “Saudara Ricceri, anakku terkasih, diantara semua saudara di muka bumi ini engkaulah yang saya kasihi secara istimewa.” Sambil berkata demikian, dibuatnya tanda salib kudus di dahi sdr. Riccieri dan menciumnya.
Kemudian katanya lagi, “Anakku terkasih, Allah telah membiarkan engkau menanggung percobaan itu demi untuk pahala dan keuntunganmu sendiri. Tetapi bila engkau tidak lagi menginginkan keuntungan itu, engkau tidak perlu memperolehnya.” Setelah St. Fransiskus mengucapkan kata-kata ini, semua percobaan lenyap dari padanya. Ia meresa aman tentram seutuh-utuhnya.
Riccieri adalah seorang bangsawan terpelajar. Namun kepandaian dan kebangsawanannya tidak menyurutkan ketaatannya pada Allah melalui Bapa Fransiskus. Ia tetap rendah hati dan melayani persaudaraan dengan damai dan kebijaksanaan. Ia menjadi sahabat yang setia dana sangat disayangi St. Fransiskus. Dalam keadaan yang paling sulit dimana ia merasa ditinggalkan oleh Allah, ia datang kepada St. Fransiskus dan kita bisa merasakan betapa Allah sangat menyayanginya melalui Bapa Fransiskus.
Keutamaan dalam diri Riccieri ; kerendahan hati, ketaatan, kesetiaan, persahabatan yang tulus, keinginan untuk menjadi lebih baik, tidak tenggelam dalam kesulitan, dan terpelajar, menjadi nilai-nilai luhur yang dapat dikembangkan bagi pembinaan karakter putri-putri yang tinggal di asrama “Riccieri” ini. semoga kisah sdr. Riccieri menjadi inspirasi bagi semua penghuni biara filial “Riccieri” dalam membangun komunitas.
Saat ini para suster di Biara Charitas Riccieri juga mendampingi bagi anak-anak asrama putra yang tinggal di komplek sekolah Charitas Gumawang BK.X.
Tinggalkan Balasan