Jalur 20, Purwodadi. Air Sugihan. Pasang Surut
Pasang Surut, Musi Banyu Asin, merupakan daerah transmigrasi. Jarak dari Palembang kurang lebih 100 km, dari segi transportasi daerah tersebut sangat sulit dijangkau. Jarak stasi yang satu dengan yang lain sangat berjauhan dan harus ditempuh lewat pelayaran sungai atau jalur. Umat Katolik di stasi ini pada mulanya dilayani oleh Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dari Palembang. Namun akhirnya berkat P. Abdi SCJ, dibukalah satu paroki di Desa Puwodadi, Air Sugihan I Jalur 20 pada tahun 1983.
Pada tahun 1983 Pastor Abdi SCJ mengajukan pemohonan kepada pimpinan Konggregasi Suster-suster St. Fransiskus Charitas, supaya membuka komunitas kecil di daerah transmigrasi ini, permohonan ini mendapat jawaban positif. Pada tanggal 1 April 1984 setelah mendapat izin dari Mgr. J. Soudant SCJ, Sr. M. Martha Aburuhan FCh sebagai Pemimpin Umum dan Sr. M. Antono Senirang FCh sebagai angota dewan, bersama P. Abdi SCJ berangkat ke Pasang Surut untuk meninjau daerah tersebut.
Tanggal 28 Mei 1984, pemimpin SPK Perdaki (Sr. M. Antoni Senirang FCh) mendapat tawaran dari pemerintah supaya membuka SPK parallel di Pasang Surut. Akhirnya daerah transmigrasi ini menjadi ladang karya bidang kesehatan, sosial, kategorial, dan pastoral parokial bagi Suster-suster Charitas.
Tanggal 8 September 1985, biara baru ditempati. Pada tanggal 4 Maret 1993 rumah biara terbakar. Bangunan dan perabotan habis nyaris terbakar, maka mesti membangun biara baru. Peletakan batu pertama untuk biara baru terjadi pada tanggal 15 Oktober 1994. Pelayanan dibidang kesehatan juga ditingkatkan dengan fasilitas yang memadai.
Setelah bangunan biara usai, dilanjutkan dengan merenovasi bangunan BKIA/BP. Renovasi gedung BP/BKIA, dimulai pada tanggal 19 Juli 1995 dan tanggal 3 Mei 1996 diberkati oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.
Selain berkarya dibidang kesehatan, para suster juga membuka Kursus Keterampilan Putri (KKP). Keterampilan yang diberikan diantaranya adalah; merias, memasak, menjahit, pengetahuan mengenai kesehatan, dan pertanian. Namun kursus ini sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang fokus pelayanan para suster FCh adalah melayani dibidang kesehatan (BP/BKIA), menjadi pendamping di Panti Asuhan yang dikelola oleh para imam-imam SCJ, dan aktif dalam Pastoral Parokial.
Klara lahir di Asisi pada tahun 1193. Ia dari keluarga bangsawan. Favarone Offreducio yang cukup berada. Pada masa prapaskah tahun 1221, ketika Fransiskus berkhotbah di Gereja Katedral San Rufino, Asisi, Klara yang hadir ketika itu merasa terpesona oleh khotbah, semangat dan pribadi Fransiskus. Sejak saat itu terjalin hubungan dengan Fransiskus dan ia berniat untuk menempuh cara hidup yang mirip dengan cara hidup yang dianjurkan Fransiksus. Dalam perjalanan waktu, panggilan Klara semakin matang, tetapi ia tahu bahwa keluarganya pasti tidak setuju apabila ia bergabung dengan Fransiskus dan menjadi pengemis. Karena itu, ditemani Pacifica, ia melarikan diri dari rumah orang tuanya secara diam-diam melalui pintu rahasia menuju Porziuncula pada hari Minggu Palma 18 Maret 1212.
Klara dijemput Fransiskus dan teman-temanya yang membawa lilin dan obor sambil bernyanyi. Di kapel itu Fransiskus sendiri memotong rambut pirang Klara dan memakaikan kerudung. Pakaian pesta Klara diganti dengan jubah yang seperti dipakai Fransiskus, kain kasar dari bulu domba warna abu-abu. Untuk sementara Klara dan temannya dititipkan disebuah Biara Benediktinis di Bastia.
Awal Mei 1212, Klara dan temannya, bersama adiknya Agnes, pindah ke San Damiano di pinggir kota Assisi. Itulah pemulaan Ordo II, Saudari-saudari miskin Klaris. Mereka hidup dari karya tangannya sendiri dan dari sumbangan orang. ‘’Berikanlah keringanan untuk dosa-dosa saya, tetapi jangan ringankan keinginan saya mengikuti Yesus Kristus’’, demikian pernyataan Klara menolak tawaran dispensasi dan keringanan hidup miskin dari Paus Gregorius IX. Klara meninggal dunia pada tanggal 11 Agustus 1253 dan dinyatakan sebagai orang kudus pada tahun 1255. Gereja menghormatinya sebagai Perawan dan pendiri Ordo II. Pestanya diperingati pada tanggal 11 Agustus.
Santa Klara adalah cermin kemiskinan sejati. Ia sekalipun kaya, meninggalkan kekayaanya untuk mencintai Yesus dalam kemiskinannya. Biara Charitas di Pasang Surut sangat pas memilih Santa Klara menjadi pelindung biara. Semoga kecintaanya pada Yesus Kristus yang secara konkrit diwujudkannya dalam hidup miskin, menjadi semangat pelayanan para saudari di Pasang Surut. ‘’Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukanya untuk Aku’’(Mat 25:40).
Tinggalkan Balasan