Perayaan Hari Mandiri Kongregasi Charitas (FCh) di Indonesia

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hari in, tanggal 1 Desember 2021 kita dengan hati penuh syukur, merayakan 30 tahun Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas mandiri di Indonesia. Sejenak kita mengenang sekaligus memaknai peristiwa hari ini dalam terang iman akan Allah yang senantiasa menyertai perutusan kita dan karya-karya Kongregasi.

Kenangan penuh syukur, 1 Desember 2021

Allah bekerja dan Allah senantiasa melimpahkan berkat-Nya tanpa henti. Sejak tanggal 1 Desember 1991, cabang Kongregasi Charitas Indonesia menjadi kongregasi mandiri dengan nama Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas, berdasarkan Dekret dari Kongregasi Tarekat Hidup Bhakti dan Hidup Kerasulan di Roma, tertanggal 18 Mei 1991.

Yang dimaksud dengan mandiri adalah, Kongregasi Charitas provinsi Indonesia, diberi otonomi dan dilepaskan dari biara induk Charitas di Roosendaal baik secara yuridis maupun operasionalnya. Dengan demikian provinsi Charitas Indonesia menjadi kongregasi mandiri tingkat keuskupan yang berpusat di Palembang.

Perjalanan sejarah mencatat bahwa Kongregasi Charitas di negara Belanda mengalami kemunduran. Tidak ada calon-calon muda yang meneruskan karya. Para suster semakin sedikit dan usianya semakin tua. Panggilan mengalami kesurutan. Berdasarkan keadaan dan situasi yang demikian ini, dan melihat perkembangan serta kemajuan yang baik di Indonesia, Kongregasi Charitas Roosendaal mengambil kebijakan untuk merelakan daerah misi Indonesia untuk mandiri. Kebijakan ini diambil, dengan harapan, Kongregasi Charitas di Indonesia akan terus meneruskan cita-cita Ibu Pendiri dan berkembang dengan lebih baik di tengah Gereja lokal dan di tengah masyakarat setempat.

Nama Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas atau yang disingkat FCh merupakan pengabungan dua nama yakni Santo Fransiskus Assisi dan Charitas. Nama Santo Fransiskus ditambahkan pada Kongregasi Charitas Indonesia setelah menjadi Kongregasi mandiri. Penambahan nama “Santo Fransiskus” mempertegas cara hidup para suster Charitas sebagai penghayat spiritualitas peniten-rekolek dan hidup seturut Anggaran Dasar Ordo III Regular Santo Fransiskus Assisi.

Sedangkan nama “Charitas” tetap menjadi nama diri seperti nama asli Kongregasi yang didirikan oleh Muder Theresia Saelmaekers. Nama “Charitas” merupakan “identitas” sekaligus mengungkapkan cara hidup, yakni belarasa-yang-tak-terbagi, yang diwujudkan dalam kerasulan kita, membantu sesama manusia terutama bagi sesama yang sakit dan yang miskin, seturut karisma yang diwariskan oleh Ibu Pendiri.

Sebagai hadiah kemandirian Kongregasi Charitas Indonesia, para suster Charitas Belanda memberi hadiah sebuah kapel, yang dibangun di kompleks biara Induk Charitas Palembang. Kapel ini selain sebagai kenangan kemandirian Charitas Indonesia, juga dibangun karena sebuah keprihatinan. Pada perayaan hari mandiri Kongregasi Chraritas di Palembang,  tanggal 1 Desember 1991, banyak anggota atau para suster datang ke Palembang. Kapel yang semula ada di komunitas Santa Anna, tidak mencukupi untuk  semua para suster yang hadir. Para Suster duduk di dalam kapel dengan berdesak-desakan, dan sebagian mengikuti perayaan ekaristi di gang biara. Kondisi ini menggerakkan hati Muder Gabriel, Muder Jendral saat itu, untuk membangun kapel yang lebih besar, sekaligus sebagai hadiah dan kenangan akan kemandirian Kongregasi Charitas di Indonesia. Pembangunan dimulai dengan  peletakan batu pertama tanggal 17 Mei 1993 oleh Pastor Dhani Indrata SCJ. Kemudian diberkati pada 2 Februari 1994 oleh Mgr. J. Soudant SCJ. Kapel biara induk ini mendapat nama pelindung yakni Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, marilah kita satukan perayaan syukur, pengharapan dan permohonan kita dalam Ekaristi kudus hari ini sebagai puncak perayaan tahun SUKACITA kita. Semoga kita masing-masing, dipakai Allah menjadi saksi sukacita di mana pun kita berada. Selamat Pesta 30 tahun Kongregasi FCh mandiri di Indonesia. Selamat bagi kita sekalian. Terpujilah Allah Tritunggal kini dan selama-lamanya.

Bersama Mgr. Y.Harun Yuwono, para Pastor, Bruder dan para suster dalam perayaan syukur 30 th Charitas mandiri di Indonesia (1 Desember 2021)

SEKAPUR SIRIH (Pimpinan Umum Kongregasi)

Konser Virtual ini merupakan moment syukur atas kesetiaan Allah dalam mendampingi peziarahan anak-anak-Nya. Dialah yang menabur dan memberi hidup bagi setiap benih misi kasih-Nya.

Sembilan puluh lima tahun lalu, persisnya 9 Juli 1926, lima misionaris suster Charitas tiba di Bumi Sriwijaya. Benih kasihNya itu terus bertumbuh hingga kokoh dan berbuah. Oleh kasihNya pula, tiga puluh tahun lalu, benih misiNya itu boleh tumbuh dewasa sebagai Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas. Kendati merupakan lembaga hidup bakti Gereja lokal, benih misi ini kini tumbuh dan melayani di delapan keuskupan di Indonesia serta hadir di negeri Belanda dan Surinama.

Jika Konser Virtual ini mengambil tema “Compassio” Gaudete et Caritate, ini lebih merupakan sebuah kerinduan, agar melalui moment syukur ini, bela rasa Allah yang tanpa batas itu makin kita alami dalam hidup sehari-hari. Semoga berkat kemurahan hati Allah, kita dimampukan memancarkan sukacita dan kasih bagi sesama, terutama bagi mereka yang sakit, miskin dan membutuhkan pertolongan.

Syukur dan terima kasih juga untuk anda, rekan sepeziarahan yang selalu mendoakan, mendukung dan menjadi sahabat sepelayanan yang murah hati. Berkat anda, Kongregasi kami boleh berkembang dan maju hingga hari ini.

Sebagai salah satu anakNya, kami rindu melanjutkan peziarahan ini bersama dengan anda, berjalan dalam kesederhaaan sembari terus belajar menjadi pewarta dan pelaku sukacita bagi Dia di tengah Gereja dan Dunia. Tuhan memberkati.

Salam sukacita  & Salam kasih (SR. M. Henrika FCh)

Lihat Foto Disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts