MEI
“FIAT MARIA “AKU INI HAMBA TUHAN”
Pengantar
Para saudari FCh yang terkasih, kita akan belajar hidup sederhana seturut teladan Bunda Maria, sekaligus bersama Gereja Semesta, kita memberi penghormatan khusus untuk Bunda kita pada bulan ini. Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of May mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan dimana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, The Month of May, 1).
Bersama umat beriman yang mendedikasikan bulan ini kepada Bunda Maria yang terberkati, kita diajak untuk merenungkan peran Bunda Maria yang menjawab “Ya” atas karya keselamatan Allah yang ditawarkan kepadanya. Bunda kita dengan kesadaran penuh dan dengan seluruh keberadaannya, bersedia mengemban tugas yang sangat mulia, menjadi Ibu bagi “Anak Allah yang Mahatinggi”. Kesiapsediaan Bunda Maria bekerjasama dengan Allah, merupakan buah iman dari seorang perempuan sederhana, yang taat pada tradisi dan iman yang bergantung pada Allah. Iman yang dihayati dan dihidupi Bunda Maria adalah iman yang terbuka, rendah hati, sederhana namun total. Dari keterbukaan, kerendahan hati, kesederhanaan dan ketotalan hati Bunda Maria, karya keselamatan bagi dunia terjadi.
Mari kita belajar kesederhanaan dari FIAT Maria dalam menjawab dan melaksanakan kehendak Allah. Melalui cara hidup Bunda Maria, semoga kita dimampukan untuk merefleksikan perjalanan hidup kesederhanaan kita sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi dan Muder Theresia Saelmaekers, yang menghidupi spiritualitas “hamba” sebagai seorang peniten, rekolek dan Charitas.
Ada dua poin permenungan kita. Pertama, kita akan belajar dari Bunda Maria yang menjawab “Ya” pada kabar yang disampaikan oleh malaikat Gabriel sebagai wujud kesederhanaan jiwanya. Kedua, kita belajar dari Santo Fransiskus Assisi yang menghormati Bunda Maria sebagai “Perawan yang Dijadikan Gereja.” Semoga kita bersama Bunda Maria, bertumbuh dalam kesederhanaan roh, jiwa, dan raga, sehingga karya keselamatan Allah terjadi dan dialami semakin banyak orang yang kita jumpai dan layani.
Tinggalkan Balasan