PANGGILAN MENAMPAKKAN SUKACITA YANG BERASAL DARI ROH ALLAH

Untuk memahami lebih dalam makna sukacita yang berasal dari Roh Kudus, kita mesti mengerti dengan lebih baik, makna sukacita yang sifatnya sementara, dan sukacita yang memang berasal dari Roh Kudus. Sukacita yang berasal dari Roh Kudus, memampukan kita menghadapi dan mengelola apapun dengan teguh dan penuh iman, melewati suka duka kehidupan dalam kebenaran-Nya, lebih kuat menghadapi tekanan dan tetap teguh setia melakukan segala hal baik dan benar untuk tujuan kemuliaan nama Tuhan dan keselamatan sesama. Bagi orang-orang beriman, yang memiliki kedekatan relasi dengan Allah, sukacita dan kebahagiaan hidup itu tidak dihubungkan dengan hal-hal lahiriah atau sesuatu yang sifatnya lahiriah semata, melainkan diimani sebagai karya keselamatan dari Allah, sebab segala hal yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kuasa Allah sendiri.

Dalam Alkitab dapat kita jumpai bahwa makna sukacita lebih dari sekedar emosi. Sukacita adalah perasaan bahagia bercampur perasaan diberkati. Dalam Perjanjian Lama hal ini ditandai dengan kegembiraan luar biasa pada saat-saat perayaan (Ul 12: 6-12), dan dengan perasaan lega ketika seseorang dapat membawa keluh-kesahnya ke Bait Allah untuk mendapatkan penyelesaian (Mzm. 43:4). Dalam Perjanjian Baru, sukacita atau “kesukaan besar” terjadi ketika para gembala mendengar kabar malaikat bahwa Sang Juru Selamat telah lahir (Luk 2: 10-11), dan ketika para murid dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 13: 52).  Sementara Yesus sendiri menegaskan bahwa kepenuhan sukacita itu hanya mungkin jika kita setia melaksanakan perintah-Nya, dan tinggal di dalam kasih-Nya; ”Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15:10-11).

Dalam buku Karya-karya Fransiskus Assisi, kita dapat menemukan tulisan khusus mengulas sukacita yang sejati dan sempurna. Santo Fransiskus menuliskan bahwa sukacita sejati bukan disebabkan karena banyaknya orang hebat dan pintar masuk Ordo, atau karena ia dapat menyembuhkan orang bahkan dapat melakukan mukjizat atau mempertobatkan orang. Namun sukacita sejati adalah ketika ia bersabar dan tidak tersinggung, ketika saudara dina berkata, “engkau seorang tolol dan tidak terpelajar!” dan tidak memperbolehkan masuk ke dalam biara mereka ketika Santo Fransiskus memohon untuk semalam saja tinggal karena kondisinya yang berlumuran lumpur, kedinginan dan diliputi es (lih. SukJek, FAK hlm. 225-227). Bagi Santo Fransiskus, sukacita sejati tidak terletak pada hal-hal yang lahiriah, namun terletak pada sikap lepas bebas, tidak dikendalikan atau dikuasai oleh keinginan, perasaan atau nafsu yang tidak teratur, dan tidak mencari kenikmatan atau pujian sesaat. Sukacita sejati merupakan buah dari keintiman dan relasi kedekatan dengan Allah, dan kerelaan untuk mengosongkan dan merendahkan diri seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Pada masa sekarang, Gereja melalui Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Gaudete et Exsultate (no. 14) menekankan betapa pentingnya kesaksian hidup seorang religius dengan menampakkan sukacita dalam menghayati persembahan diri kita sebagai seorang anggota hidup bakti. Sukacita adalah cara konkret mewartakan Injil, sebab ketika para religius menghayati persembahan diri dengan sukacita, kebaikan dan kasih Allah dikenal dan ditampakkan di tengah dunia.

Charitas = belarasa-yang-tak-terbagi

Laman: 1 2 3

Satu tanggapan untuk “PANGGILAN MENAMPAKKAN SUKACITA YANG BERASAL DARI ROH ALLAH”

  1. Avatar Sr ambrosia FCh
    Sr ambrosia FCh

    Terkamakasih sr….salam Charitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More Articles & Posts